Sabtu, 31 Januari 2009

ESQ Perawat

Pentingnya ESQ bagi perawat dalaam manajemen konflik



“Hingga kini masih banyak perawat yang memuja kecerdasan intelektual yang mengandalkan kemampuan ber;ogika semata. Perawat merasa bangga dan berhasil mendidik anak, bila melihat anak-anaknya menpunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen. Karena beberapa penelitian justru menunjukan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan social dan kecerdasan spirituallah yang lebih berpengaruh bagi kesuksesan seorang anak”.



PERAWAT MEMASUKI ERA MULTIPLE INTELLEGENCY

Menurut Dr. Howard Garder, peneliti dari Harvard, pencetus teori Multiple Intelligence mengajukan 9 jenis kecerdasan yang meliputi:

1. Cerdas bahasa: cerdas dalam mengolah kata
2. Cerdas gambar: memiliki imajinasi tinggi
3. Cerdas musik: peka terhadap suara dan irama
4. Cerdas tubuh: trampil dalam mengolah tubuh dan gerak
5. Cerdas matematika dan logika: cerdas dalam sains dan berhitung
6. Cerdas sosial: kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain
7. Cerdas diri: menyadari kekuatan dan kelemahan diri
8. Cerdas alam: peka terhadap alam sekitar
9. Cerdas spiritual: menyadari makna eksistensi diri dalam hubungannya dengan pencipta alam semesta



Kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan, diantaranya: intapersonal intelligence dan interpersonal intelligence. Intapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari: kesadaran diri (keadaan emosi diri, penilaian pribadi, dan percaya diri); pengaturan diri (pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif); motivasi (dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis). Sedangkan interpersonal intelligence merupakan kecakapan berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari: empati (memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis); keterampilan social (pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator, perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja team).



Studi terhadap orang-orang yang sangat sukses menunjukan bahwa mereka juga memiliki cirri-ciri lain yang menonjol. Pertama, mereka mempunyai mimpi yang besar, tujuan yang jelas, dan teguh memegang mimpinya tersebut. Kedua, mereka tidak bekerja sendiria, mereka mampu memaafkan kekuatan yang ada di dalam dirinya maupun di sekeliling dirinya. Jadi, mereka mengembangkan dua kecerdasan lainnya sebagai pelengkap dari IQ-EQ-SQ. mereka mengembangkan kecerdasan yang disebut Kecerdasan Aspirasi (Aspiration Intelligence) dan Kecerdasan Kekuatan (Power Intelligence). Ternyata para oraang yang sukses mengembangkan lima kecerdasan dengan seimbang. Kelima kecerdasan ini kita sebut Kecerdasan SEPIA (Spiritual – Emotional – Power – intellectual – Aspiration).



Agar sukses dan bahagia, perawat memerlukan pengembangan kelima kecerdasannya. Sukses disini dalam arti yang luas, menyangkut financial, bisnis, karir, keluarga, kesehatan, pengembangan diri, kebahagiaan, dan semua tujuan yang berharga bagi manusia. Kelima kecerdasan ini merupakan refleksi dari karakter dan kompetensi. Kecerdasan aspirasi, spiritual, dan emosional mewakili karakter. Sedangkan kecerdasan intelektual dan pengelolaan kekuatan mewakili kompetensi.



APAKAH EMOTIONAL INTELLIGENCE ITU?

Kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membin hubungan.



Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan haati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana haati dan menjaga agar beban stess tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.



Kemampuan seorang perawat untuk bisaa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam oraang-orang di sekelilingnya, mengikuti aturan-turan yang berlaku. Semua ini termasuk kunci keberhasilan bagi seorang perawat di masa depan.



EQ yang tinggi akan membantu seorang perawat dalam membangun relasi sosial dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang perawat, kecerdasan emosional merupakan syarat mtlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kitaa miskin konsep dalam membantu mengembagkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini amat penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas etnis, agama, dan budaya dialogis dan sikap empati.



BAGAIMANA CIRI PERAWAT YANG MEMILIKI EMOTIONAL INTELLIGENCE

Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emotional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen dasar, yaitu:

1. self-awarenes (pengendalian diri)

mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut. Jadi, dia mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan.

2. self-regulation (penguasaan diri)

seseorang yang mempunyai pengendalian diri yang baik dapat lebih terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih berhati0hati. Dia juga akan berusaha untuk tidak impulsive. Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut menyembunyikan emosinya melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.

3. self-motivation (motivasi diri)

ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidaak akan bertanya “apa yang salah dengan saaya atau kita?”. Sebaliknya ia bertanya “apa yang dapat kita lakukan agar kita dapaat memperbaiki masalah ini?”.

4. empathy (empati)

kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apaa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.

5. effective relationship (hubungan yang efektif)

dengaan adanya empat kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih diteknkan dan bukan pad konfrontasi yng tidak penting yang sebenarnya daapat dihindari. Orang yang mempunyai tujuan yang konstruktif daalam pikirannya.



Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi dpaat ditandai dengn hal-hal berikut: mempunyai emosi yang tinggi, cepat bertindak berdasarkan emosinya, dan tidak sensitive dengan perasaan orang lain. Orng yang tidak mempunyai kecerdasan emosional tinggi, biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan memusuhi orng lain. Dalam dunia kerja, orang-orang yng mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi sangat diperlukan, terlebih dalam tim untuk mencapai tujuan tertentu. Karenanya, orng tua dn para guru harus memupuk kecerdasan emosional sejak dini.

Para perawat dalam pekerjaan sehari-hari hamper selalu melibatkan perasaan dan emosi, sehingga setiap memberikan perawatan dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Secara khusus, para perawat home care membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi karena mereka mewakili organisaasi, berinteraksi dengan banyak orang, baik di dalam mupun di luar organisasi dan berperan penting dlam memahami kebutuhan orang tau keluarga yang dirawatnya dan dapat memberikan solusi atau feedback yng konstruktif.

Kunci keberhasilan hidup lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emotional, yaitu aspek-aspek yang berkaitan dengan kepribadian, yang di dalamnya setidaknya ada empat cirri pokok. Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya. Kedua, memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, senang mendorong meliht nk buh sukses, tanpa dirinya merasa terancam. Keempat, agresif, yaitu terampil menyampaaikan pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lian tersinggung.

Perawat dengan kemampuan emotional cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, megerti orang lain. Perawat merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Perawat ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendaapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa individualitas dan sosialitas merupakan unsure-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi perawat.

APA YANG DIMAKSUD KECERDASAN SPIRITUAL (SPIRITUAL QUOTION)

Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan dimana kita berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong berfungsinya secara efektif, baik Intelligence Quotient (IQ) maupun Emotional Intelligence (EI). Jadi, kecerdasan spiritual berkaitan dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia dalam memberi makna. Perawat yang memiliki taraf kecerdasan spiritual tinggi mampu menjadi lebih bahagia dan menjalani hidup dibandingkan mereka yang taraf kecerdasan spiritualnya rendah. Dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia untuk menemukan makna.

Akhirnysmelalui kecerdasan spiritual manusia mampu menciptakan makna untuk tujuan-tujuannya. Hasil dari kecerdasan aspirasi yang berupa cita-cita diberi makna oleh kecerdasan spiritual. Melalui kecerdasan spiritual pula manusia mampu tetap bahagia dalam perjalanan menuju teraihnya cita-cita. Kunci bahagia adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual (SQ) berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ merekatkan jalan membangun relasi social, SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.



APA CIRI ORANG YANG MEMILIKI SPIRITUAL INTELLEGENCY

Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons, The Psychology of Ultimate Concerns: (1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan mental; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah; dan (5) kemampuan untuk berbuat baik.

Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual. Perawat yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan mental. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semest. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan personalnya dalam salat malamnya, mendoakan kesembuhan luka kliennya, memulai tindakan dengan bismillah, mengisi waktu luang dengan sholat dluha, silaturahmi dengan keluarga klien.

Ciri yang ketiga, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Perawat yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual seperti teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci untuk memberikan penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi. Pada saat ganti balutan ia mengingat bahwa jutaan mikroba sudah diciptakan Allah sebulum manusia mengetahui obatnya penicillin. Sebelum manusia lahir penicillinpun sudah diciptakan Allah. Jadi, tugas perawat adalah berupaya memaknai bahwa mencari karunia Allah dalam membantu meringankan beban klien.

Ketika seorang perawat diberitahu bahwa orang kantornya tidak akan sanggup menyekolahkannya, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau oaring itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman: “orang-orang yang sungguh-sungguh di jalan Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-jalan Kami”?

Karakteristik yang kelima: perawatmemiliki rasa kasih yang tinggi pada sesame makhluk Tuhan. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terima kasih, bersikap rendah hati menunjukan kasih saying dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristik terakhir ini mungkin disimpulkan dalam sabda nabi Muhammad saw: “amal paling utama ialah engkau masukkan rasa bahagia pada sesame manusia”>



BAGAIMANA MENINGKATKAN SQ KLIEN ATAU PERAWAT

Dengan pengertian di atas, berikut ini secara singkat kiat-kiat untuk mengembangkan SQ bagai perawat kita: (1) jadilah kita suri tauladan yang baik, (2) bantulah klien untuk merumuskan “missi” hidupnya, (3) baca Kitab Suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita, (4) ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual, (50 diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah, (6) libatkan klien dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan, (7) bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional, (8) ajak klien untuk menikmati keindahan alam, (9) bawa klien, keluarga atau anak ke tempat-tempat orang yang menderita, dan (10) ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan social.



BAGAIMANA APLIKASI ESQ DALAM MANAJEMEN KONFLIK

Menurut Buchary A Rahman masalah pelayanan kepada klien dan cara perawat memenej konfliknya termasuk yang krusial yang mempengaruhi kemampuan perawat Indonesia masuk ke pasaran kerja Internasional. “contoh perawat Filipina, mereka merupakan perawat yang dicari di pasaran Internasional karena kemampuan melayani pasien dengan cara lebih memanusiakan pasien dengan kemampuan ESQ yang baik disamping karena factor kemampuan bahasa Inggris yang baik”. Sebab selain kecerdasan intelektual para perawat juga perlu memperhatikan kecerdasan emosional. “tak mudah putus asa, tak mudah marah, sabar, berbeda pendapat dengan santun, lebih mengacu pada santun, lebih mengacu pada solusi bukan pada konflik, merupakan contoh perawat yang mempunyai kecerdasan emosional”. Orang berobat ke Singapura atau ke Kucing bukan hanya karena tindakan medis di sana lebih baik, tetapi salah satu faktornya adalah karena sikap perawat di sana lebih familiar.

Menghadapi konflik-konflik yang muncul berbekal kemampuan ESQ seperti yang sudah dibahas sebelumnya dengan tahap sebagai berikut:

Seorang perawat yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen, yaitu sebagai berikut:

1. pengenalan diri
2. penguasaan diri
3. motivasi diri
4. empati
5. hubungan yang efektif
http://mentalnursingunpad.multiply.com

Sabtu, 24 Januari 2009

Pneumioa

Pengertian

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)

Penyebab
- Virus Influensa

- Virus Synsitical respiratorik

- Adenovirus

- Rhinovirus

- Rubeola

- Varisella

- Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

- Pneumococcus

- Streptococcus

- Staphilococcus


Tanda dan Gejala
v Sesak Nafas

v Batuk nonproduktif

v Ingus (nasal discharge)

v Suara napas lemah

v Retraksi intercosta

v Penggunaan otot bantu nafas

v Demam

v Ronchii

v Cyanosis

v Leukositosis

v Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar


Jenis

Pneumonia lobular

Bronchopneumonia

Pengkajian

Identitas :

Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa

Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar

Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

Riwayat Masuk

Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

Riwayat Penyakit Dahulu

Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita

Pengkajian

1. Sistem Integumen

Subyektif : -

Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

2. Sistem Pulmonal

Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng

Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

3. Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun

4. Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

5. Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat lelah

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

6. Sistem genitourinaria

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal,

7. Sistem digestif

Subyektif : mual, kadang muntah

Obyektif : konsistensi feses normal/diare

Studi Laboratorik :

Hb : menurun/normal

Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal

Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal

Rencana Keperawatan

1. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Infeksi Paru

Karakteristik : batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis

Tujuan :

Anak akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :

Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi

Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC

Laju nafas dalam rentang normal

Tidak terdapat batuk, cyanosisi, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis

Tindakan keperawatan

Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas

R : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan

Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal

R : Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi

Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi

R : Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru

Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai order, kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare)

R : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan

Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks

R : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru

Lakukan suction secara bertahap

R : Membantu pembersihan jalan nafas

Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 – 4 jam

R : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan

2. Defisit Volume Cairan b.d :

- Distress pernafasan

- Penurunan intake cairan

- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam

Karakteristik :

Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.

Tujuan : Anak mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :

Intake adekuat, baik IV maupun oral

Tidak adanya letargi, muntah, diare

Suhu tubuh dalam batas normal

Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020

Intervensi Keperawatan :

Catat intake dan output, berat diapers untuk output

R : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output

Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line

R : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan

Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu

R : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan

Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam

R : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum

Diagnosa lain :

1. Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, muntah, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi

2. Perubahan rasa nyaman b.d sakit kepala, nyeri dada

3. Intoleransi aktivitas b.d distres pernafasan, latergi, penurunan intake, demam

4. Kecemasan b.d hospitalisasi, distress pernafasan

Referensi :

Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co. Philadelphia

posted by Iriyan Gunawan

Bagaimana Sarjana Keperawatan Kelak ????

Pembangunan bangsa adalah membangun manusianya, membangun manusia bukan hanya membangun raganya tapi juga jiwanya. Salah satu aspek yang ikut dibangun dalam pembangunan bangsa adalah pembangunan kesehatan, dan salah satu sub sistemnya adalah adalah keperawatan.

Kalau keperawatan dipandang sebagai suatu subsistem dari pembangunan kesehatan maka keperawatan harus ditempatkan pada suatu posisi yang sama dan sejajar dengan bidang lainnya, karena sedikit banyaknya pasti akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa ini, dan ini TIDAK PERLU DISANGKAL LAGI. Ada beberapa hal yang dapat kita tilik dari sisi awam tentang bagaimana peran perawat dan keperawatan seperti halnya dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit, puskesmas, klinik-klinik swasta dan lain sebagainya yang sebenarnya menunjukkan peran perawat terhadap pembangunan bangsa, dan membuktikan bahwa kerja tim kesehatan itu ada dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Dengan demikian seyogyanya tidak ada satupun profesi kesehatan yang memposisikan diri lebih baik dari yang lainnya.Baca selanjutnya

Perawat dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya sangat dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik yang dapat menunjang tindak prilaku profesionalnya . Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baik akan dapat diperoleh dalam lingkungan perguruan tinggi yang memiliki komitmen yang kuat untuk mencetak perawat yang profesional. Pertanyaannya adalah seberapa banyak perguruan tinggi yang memiliki komitmen seperti itu dan seberapa besar keinginan untuk mewujudkannya????

Dekade ini begitu banyak perguruan tinggi keperawatan yang berdiri dengan mekanisme yang ada. Perguruan tinggi ini tentunya memiliki andil dalam pembangunan bangsa utamanya dunia keperawatan untuk mencetak sumber daya keperawatan yang profesional, dan itu patut kita acungi jempol atas segala upayanya. Namun disatu sisi bahwa dengan maraknya perguruan tinggi keperawatan tersebut apakah sebanding dengan kualitas lingkup pendidikan yang disediakan untuk mencapai tujuannya??? Barangkali perlu ada lembaga independen yang dapat memberikan tolok ukur terhadap penyelenggaraan pendidikan keperawatan, layak atau tidak layak……………

Kenapa mesti demikian????Saya kira anda lebih mampu menjawabnya jika kita mencoba melibatkan nurani dan niat baik dalam memandang hakikat penyelenggaraan pendidikan keperawatan dan mencoba menerawang propektifitasnya, bukan hanya melihat kuantitasnya tetapi juga mempersiapkan kualitasnya.

Betapa menangisnya dunia pendidikan (khususnya pendidikan keperawatan), jika kita menyaksikan penyelenggaraan pendidikan yang begitu terseok-seok, mahasiswa kurang dibekali dengan ketrampilan karena peralatan yang kurang, input pengetahuan kurang karena perpustakaan yang tidak memadai, moralitas terabaikan karena pembinaan moral dan teladan yang kurang. Lantas akan berakhir seperti apa? Kita jangan menyerahkannya kepada alam untuk menyeleksinya tetapi marilah memperkokoh tatanan yang ada dengan mewarnainya dengan akhlaq yang mulia mulai dari pendirian, penyelenggaraan, sampai pada pengawasannya.

Jika tidak demikian, jangan melemparkan bola api jika kita menghasilkan sumber daya yang tidak kompetitif, tidak profesional, dan tidak berakhlaq. Karena walaupun dilemparkan, niscaya bola api ini akan membakar kita di neraka kelak.

Lantas bagaimana sarjana keperawatan kelak??? Silahkan anda menjawabnya masing-masing.